Sakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Haruskah Rawat Inap?

Sakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Haruskah Rawat Inap?

Bagikan :


Demam berdarah dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang cukup sering dialami masyarakat Indonesia. Penyakit yang penularannya melalui nyamuk Aedes aegypti ini jika tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi risiko yang fatal dan berakhir pada kematian. Untuk mendapat penanganan yang tepat, benarkah penderita DBD harus menjalani rawat inap di rumah sakit?

 

Mengenal penyakit demam berdarah dengue (DBD)

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular akibat virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Pada demam dengue yang ringan, gejala yang muncul kadang mirip dengan gejala flu yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot dan persendian.

 

Sedangkan pada demam dengue yang berat muncul dengan tanda-tanda berbahaya seperti muntah persisten, nyeri perut, napas memburu, perdarahan seperti mimisan tidak terkendali, muntah darah dan muncul ruam merah di kulit.   

 

Pada DBD dikenal fase atau Siklus Pelana Kuda. Fase ini merupakan fase kemunculan gejala yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan virus di dalam tubuh. Fase ini dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Fase demam, yaitu munculnya demam tinggi selama 3-7 hari yang biasanya disertai gejala nyeri otot dan sakit kepala.

2. Fase kritis, pada tahapan ini demam akan turun namun kondisinya dapat semakin parah pada fase ini. Jika kondisi parah maka pasien memerlukan perwatan intensif.

3. Fase penyembuhan, di tahapan ini pasien sudah melewati masa kritisnya sehingga trombosit darah kembali membaik.

 

Benarkah pasien demam berdarah dengue (DBD) harus rawat inap?

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pasien demam berdarah dengue dengan gejala kegawatan sebaiknya rawat inap di rumah sakit. Beberapa gejala tersebut di antaranya pasien mengalami penurunan kesadaran, tidak bisa makan minum dengan normal dan menunjukkan gejala syok.

 

Pasien DBD perlu mendapat perawatan dan pemantauan yang intensif. Saat dirawat, pasien akan mendapatkan infus yang mengandung elektrolit, pemantauan tekanan darah, denyut nadi dan kesadaran. Pemantauan ini penting untuk mencegah dehidrasi dan gejala kegawatan yang semakin parah.

 

Yang perlu diperhatikan jika pasien ingin rawat jalan

Dokter akan menentukan apakah pasien harus rawat inap atau bisa rawat jalan di rumah. Umumnya dokter akan membolehkan pasien rawat jalan jika kondisinya sudah stabil. Meskipun demikian, pasien yang rawat jalan juga tetap perlu diperiksa keseimbangan cairan tubuhnya.

 

Pasien DBD harus tetap terhidrasi dengan baik. Untuk memenuhi asupan cairan, pasien DBD membutuhkan cairan lebih banyak dari kebutuhan manusia sehat harian atau sekitar 8 gelas per hari. Apalagi jika pasien mengalami muntah-muntah. Jangan menunggu pasien haus baru memberikan asupan cairan. Anda bisa memberikannya beragam cairan seperti air putih, jus buah, susu atau teh.

 

Selain itu, pasien DBD juga perlu dipantau suhu tubuhnya secara rutin. Jika suhu tubuhnya mulai naik turun, segera periksakan ke dokter. Sedangkan untuk makanan, usahakan menyediakan makanan yang mudah dicerna oleh pasien.

 

Mengingat rawat jalan untuk pasien DBD relatif tidak mudah, maka sebaiknya pasien DBD menjalani rawat inap di rumah sakit hingga dokter menyatakan pasien boleh pulang.

 

Writer: Ratih 

Edited by: dr. Nadya Hambali

Last updated: 31-May-2021